:: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. ...." (Al-Baqarah(2) : 286) :: "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (Al-Baqarah(2) : 177) :: "Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Al-Baqarah(2) : 268 :: ”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Al-Israa(17) : 36) :: "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (Az-Zalzalah(99) : 7,8)
::

Apakah Al-Qur'an Itu?



A. Arti Kata Qur’an dan Apa yang Dimaksud Dengan Al Qur’an.

“Qur’an” menurut bahasa bearti “bacaan”.

Di dalam Al Qur’an sendiri ada pemakaian kata “Qur’an” dalam arti demikian sebagai tersebut dalam ayat 17, 18 surat(75) Al Qiyaamah :

“Sesungguhnya mengumpulkan Al Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu), jika Kami telah membacakannya hendaklah kamu ikuti bacaannya.”

Kemudian dipakai kata “Qur’an” itu untuk Al Qur’an yang dikenal sekarang ini. Adapun definisi Al Qur’an ialah: “Kalam Allah S.W.T. yang merupakan mu’jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad S.A.W. dan membacanya adalah ibadat.

Dengan definisi ini, Kalam Allah yang diturunkaan kepada Nabi-nabi selain Nabi Muhammad S.A.W., tidak dinamakan Al Qur’an seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa A.S., atau Injil yang diturunkan kepada Nabi ‘Isa A.S. demikian pula Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad S.A.W. yang membacanya tidak dianggap ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak pula dinamakan Al Qur’an.

 

B. Cara-Cara Al Qur’an Diwahyukan.

Nabi Muhammad S.A.W. dalam hal menerima wahyu mengalami bermacam-macam cara dan keadaan, di antaranya:

  1. Malaikat memasukan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal ini Nabi S.A.W. tidak ada melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa itu sudah berada saja dalam kalbunya. Mengenai hal ini Nabi mengatakan: “Ruhul qudus mewahyukan ke dalam kalbuku”, (lihat surat (42) Asy Syuura ayat 51).
  2. Malaikat menampakan dirinya kepada Nabi berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.
  3. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincing lonceng. Cara inilah yang amat berat dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya berpancaran keringat, meskipun turunnya wahyu itu di musim dingin yang sangat. Kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengendarai unta. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsait: “Aku adalah penulis wahyu yang diturukan kepada Rasulullah. Aku lihat Rasulullah kerika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnya wahyu, barulah beliau kembali seperti biasa”.
  4. Malaikat menampakan dirinya kepda Nabi, tidak berupa seorang laki-laki seperti keadaan no. 2, tetapi benar-benar seperti rupanya yang asli. Hal ini tersebut dalam Al Qur’an surat (53) An Najm ayat 13 dan 14.

    “Sesungguhnya Muhammad ialah melihatnya pada kali yang lain (kedua). Ketika (Ia berada) di Sidratulmuntaha.”

 

C. Hikmah Diturunkan Al Qur’an Secara Berangsur-Angsur.

Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari. Hikmah Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur itu ialah:

  1. Agar lebih mudah dimengerti dan dilaksanakan. Orang akan enggan melaksanakan suruhan, dan larangan sekiranya suruhaan dan larangan itu diturunkan sekaligus banyak. Hal ini disebutkan oleh Bukhari dari riwayat ‘Aisyah r.a.
  2. Di antara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai dengan kemaslahatan. Ini tidak dapat dilakukan sekiranya Al-Qur’an diturunkan sekaligus. (Ini menurut pendapat yang mengatakan adanya nasikh dan mansukh).
  3. Turunnya sesuatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh di hati.
  4. Memudahkan penghafalan. Orang-orang musyrik yang telah menanyakan mengapa Al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus, sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an surat (25) Al-Furqaan ayat 32, yaitu:

    “.... mengapakah Al-Qur’an tidak diturunkan kepadanya sekaligus ....? “
    Kemudian dijawab di dalam ayat itu sendiri:
    “.... Demikianlah, dengan (cara) begitu kami hendak menetapkan hatimu ....”,

  5. Di antara ayat-ayat ada yang merupakan jawaban daripada pertanyaan atau penolakan suatu pendapat atau perbuatan, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas r.a. Hal ini tidak dapat terlaksana kalau Al-Qur’an diturunkan sekaligus.

 

D. Ayat-Ayat Makkiyah dan Ayat-Ayat Madaniyyah.

Ditinjau dari segi masa turunnya, maka Al-Qur’an itu dibagi atas dua golongan:

  1. Ayat-ayat yang diturunkan di Mekah atau sebelum Nabi Muhammad S.A.W. hijrah ke Madinah dinamakan ayat-ayat Makkiyyah.
  2. 1.Ayat-ayat yang diturunkan di Madinah atau sesudah Nabi Muhammad S.A.W. hijrah ke Madinah dinamakan ayat-ayat Madaniyyah.

Ayat-ayat Makkiyyah meliputi 19/30 dari isi Al-Qur’an terdiri atas 86 surat, sedang ayat-ayat Madaniyyah meliputi 11/30 dari isi Al-Qur’an terdiri atas 28 surat.

Perbedaan ayat-ayat Makkiyyah dengan ayat-ayat Madaniyyah ialah:

  1. Ayat-ayat Makkiyyah pada umumnya pendek-pendek, sedang ayat-ayat Madaniyyah panjang-panjang; Surat Madaniyyah yang merupakan 11/30 dari isi Al-Qur’an ayat-ayatnya berjumlah 1.456, sedang surat Makkiyyah yang merupakan 19/30 dari isi Al-Qur’an jumlah ayat-ayatnya berjumlah 4.780 ayat. Juz 28 seluruhnya Madaniyyah kecuali surat (60) Mumtahinah, ayat-ayatnya berjumlah 137; Sedangkan Juz 29 ialah Makkiyyah kecuali surat (76) Ad-dahr, ayat-ayatnya berjumlah 431. Surat Al-Anfaal dan surat Asy Syu’araa masing-masing merupakan setengah Juz tetapi yang pertama Madaniyyah dengan bilangan ayat sebanyak 75. Sedangkan yang kedua Makkiyyah dengan ayatnya yang berjumlah 227.
  2. Dalam surat-surat Madaniyyah terdapat perkataan “yaa ayyuhalladzina aamanu” dan sedikit sekali terdapat perkataan “yaa ayyuhannaas”, sedangkan dalam surat Makkiyah adalah sebaliknya.
  3. Ayat-ayat Makkiyyah pada umumnya mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, ancaman, dan pahala. Kisah-kisah umat yang terdahulu yang mengandung pengajaran dan budi pekerti; Sedangkan Madaniyyah mengandung hukum-hukum, baik yang berhubungan dengan hukum adat atau hukum-hukum duniawi, seperti hukum kemasyarakatan, hukum ketatanegaraan, hukum perang, hukum perang, hukum internasional, hukum antar agam, dan lain-lain.

 

E. Nama-Nama Al Qur’an.

Allah memberi nama Kitab Nya dengan Al-Qur’an, yang bearti “bacaan”. Arti ini dapat kita lihat dalam surat (75) Al Qiyaamah ayat 17 dan 18 sebagaimana tersebut di atas.

Nama ini dikuatkan oleh ayat-ayat yang terdapat dalam surat (17) Al Israa’ ayat 88; surat (2) Al Baqaarah ayat 85; surat (15) Al Hijr ayat 87; surat (20) Thaaha ayat ; surat (27) An Naml ayat 6; surat (46) AhQaaf ayat 29; surat (56) Al Waaqi’yah ayat 77; surat (59) Al Hasyr ayat 21; dan surat (76) Addahr ayat 23.

Menurut pengertian ayat-ayat di atas, Al-Qur’an itu dipakai sebagai nama bagi Kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad S.A.W.

Selain Al-Qur’an. Allah juga memberi beberapa nama lain bagi Kitab-Nya. Seperti:

  1. Al Kitaab atau Kitaabullah: merupakan synonim dari perkataan Al-Qur’an, sebagaimana tersebut dalam surat (2) Al-Baqaarah ayat 2 yang artinya: “Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya ....”. Lihat pula surat (6) Al An’aam ayat 114.
  2. Al Furqaan: “Al Furqaan” artinya “Pembeda”, ialah “yang membedakan yang benar dan yang batil”, sebagaimana tersebut dalam surat (25) Al Furqaan ayat 1 yang artinya: “Maha Agung (Allah) yang telah menurunkan Al Furqaan, kepada hamba-Nya, agar ia menjadi peringatan kepada seluruh alam”.
  3. 1.Adz dzikr: artinya: “Peringatan”, sebagaimana yang tersebut dalam surat (15) Al Hijr ayat 9 yang artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan “Adz dzikr” dan sesungguhnya Kamilah penjaganya”. Lihat pula surat (16) An Nahl ayat 44.

Dari nama yang empat tersebut di atas, yang paling masyhur dan merupakan nama khas ialah “Al-Qur’an”.

Selain dari nama-nama yang empat itu ada lagi beberapa nama bagi Al-Qur’an.

 

F. Surat-Surat Dalam Al Qur’an.

Jumlah surat yang terdapat dalam Al Qur’an itu ada 114; nama-namanya dan batas-batas tiap-tiap surat, susunan ayat-ayatnya adalah menurut ketentuan yang ditetapkan dan diajarkan oleh Rasulullah sendiri (taufiq).

Sebagian dari surat-surat Al-Qur’an mempunyai satu nama, dan sebagian yang lain mempunyai lebih dari satu nama, sebagaima yang akan diterangkan dalam muqadimmah1 tiap-tiap surat.
 
1Al Qur’an dan Terjemahnya; Edisi Baru – Revisi Terjemah 1989; Penerbit dan Pencetak : CV. Toha Putra Semarang; Hak Cipta pada : DEPARTEMENT AGAMA REPUBLIK INDONESIA, JAKARTA.; Diterjemahkan oleh : Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qur’an; Revisi Terjemah : Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Departemen Agama RI; (SK Menteri Agama RI no. 144 th. 1989 tanggal 5 Juli 1989).

Surat-surat yang ada dalam Al-Qur’an ditinjau dari segi panjang dan pendeknya terbagi atas 4 bagian, yaitu:

  1. ASSAB’UTHTHIWAAL, dimaksudkan, tujuh surat yang panjang. Yaitu: Al Baqaarah, Ali Imran, An Nisaa’, Al A’raaf, Al An’aam, Al Maa-idah, dan Yunus.
  2. AL MIUUN, dimaksudkan surat-surat yang berisi kira-kira seratus ayat lebih, seperti: Hud, Yusuf, Mu’min, dsb.
  3. AL MATSAANI, dimaksudkan surat-surat yang berisi kurang sedikit dari seratus ayat, seperti: Al Anfaal, Al Hijr, dsb.
  4. AL MUFASHSHAL, dimaksudkan surat-surat pendek, seperti: Adh dhuha, Al Ikhlas, Al Falaq, An Naas, dsb.

 

G. Huruf-Huruf Hijaaiyyah yang Ada Pada Permulaan Surat.

Di dalam Al-Qur’an terdapat 29 surat, yang dimulai dengan huruf-huruf hijaaiyyah yaitu pada surat-surat:
(1) Al Baqaarah, (2) Ali Imran, (3) Al A’raaf, (4) Yunus, (5) Hud, (6) Yusuf, (7) Ar Ra’ad, (8) Ibrahim, (9) Al Hijr, (10) Maryam, (11) Thaaha, (12) Asy Syu’araa, (13) An Naml, (14) Al Qashash, (15) Al’Ankabuut, (16) Ar Ruum, (17) Lukman, (18) As Sajdah, (19) Yasin, (20) Shaad, (21) Al Mu’min, (22) Fushshilat, (23) Asy Syuuraa, (24) Az Zukkhruf, (25) Ad Dukhaan, (26) Al Jaatsiyah, (27) Al Ahqaaf, (28) Qaaf, dan (29) Al Qalam (Nuun).

Huruf-huruf hijaaiyyah yang terdapat pada permulaan tiap-tiap surat tersebut di atas, dinamakan “Fawaatihushshuwar” artinya pembukaan surat-surat.

Banyak pendapat dikemukakan oleh para Ulama’ Tafsir tentang arti dan maksud huruf-huruf hijaaiyyah itu2.
 
2Huruf-huruf hijaaiyyah Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebahagian daripada surat-surat Al-Qur’an seperti: Alif laam miim, alif laam raa, alif laam miim shaad, dan sebagainya.
Diantara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. Golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huru-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para pendengar supaya memperhatikan Al-Qur’an itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al-Qur’an itu diturunkan dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. Kalau mereka tidak percaya bahwa Al-Qur’an diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad S.A.W. semata-mata, maka cobalah mereka buat semacam Al-Qur’an itu.

 

H. Pembagian Al Qur’an.

Sejak zaman sahabat telah ada pembahagian Al-Qur’an menjadi: 1/2, 1/3, 1/5, 1/7, 1/9, dan sebagainya. Tetapi hanya sekedar untuk hafalan dan amalan dalam tiap-tiap sehari semalam atau di dalam shalat, dan tidak ditulis di dalam Al-qur’an atau di pinggirnya. Barulah pada masa Al Hajjaj bin Jusuf Ats Tsaqafi diadakan penulisan di dalam atau di pinggir Al Qur’an dan ditambah dengan istilah-istilah baru.

Salah satu cara pembagian Al-Qur’an itu, ialah dibagi menjadi 30 Juz, 114 surat, dan 60 hizb.

Tiap-tiap satu surat ditulis namanya dan ayat-ayatnya, dan tiap-tiap hizb ditulis di sebelah pinggirnya yang menerangkan: hizb pertama, kedua, dan seterusnya. Dan tiap-tiap satu hizb dibagi 4. Tanda ¼ hizb ditulis dengan: [img] tanda ½ hizb ditulis dengan: [img] , dan tanda ¾ hizb ditulis dengan: [img].

Pembagiaan cara inilah yang dipakai oleh ahli-ahli Qiraat Mesir, dan atas dasar itu pulalah pencetakan Amiriyah milik pemerintah Mesir mencetak Al-Qur’an semenjak tahun 1337 Hijrah sampai sekarang, di bawah pengawasan para guru besat Al Azhar.

Al Qur’an terdiri atas 114 surat dan dibagi menjadi 30 juz terdiri atas 554 ruku’. Surat yang panjang berisi beberapa ruku’, sedangkan surat-surat yang pendek-pendek berisi satu ruku’. Tiap-tiap satu ruku’ diberi tanda di sebelah pinggirnyadengan huruf:[img]. Al-Qur’an yang beredar di Indonesia dibagi menurut pembagian tersebut di atas, seperti cetakan Cirebon, Jepang, dan lain-lainnya.

Adapun pertengahan Al-Qur’an (Nishful Qur’an), terdapat pada surat (18) Al Kahf ayat 19 pada lafaz:[img] (walyatalaththaf).

....

Kembali ke atas....

Indonesia Beriman